M. Faathir Mahmud adalah salah satu santri berbakat di Pondok Pesantren Orenz Miftahul Barokah. Di akhir Desember 2023, ia meraih Medali Emas pada ajang Kibar Padjadjaran Cup dalam kategori pencak silat kelas A. Prestasi ini tidak hanya mencerminkan kemampuannya di arena bela diri, tetapi juga keteguhan dan semangat juang yang luar biasa.
Menariknya, perjalanan Faathir menuju medali emas ini tidaklah mudah. Ia hampir tidak jadi ikut perlombaan karena tangannya mengalami luka akibat penyakit gatal-gatal yang dideritanya di pondok. Namun, dengan tekad yang kuat, ia tetap berlatih dan berjuang meskipun dalam kondisi yang tidak ideal. “Saya tidak mau menyerah. Ini adalah kesempatan yang sudah saya tunggu-tunggu,” ujar Faathir saat menceritakan pengalamannya.
Saat ini, Faathir duduk di bangku kelas 8, namun saat berlaga di Kibar Padjadjaran Cup, dia masih berstatus santri kelas 7. Dia merupakan putra dari Bapak Mahmud dan Ibu Hamsah, yang selalu mendukungnya dalam setiap langkah. Dukungan keluarga sangat berarti bagi Faathir, dan ia sering mengungkapkan rasa syukurnya kepada mereka.
Faathir memiliki karakter yang akrab dan bersahabat. Ia dikenal sebagai santri yang humble dan mudah bergaul dengan teman-temannya. Dalam setiap kesempatan, Faathir selalu bisa menghibur dan membuat orang di sekitarnya merasa nyaman. “Bagi saya, memiliki teman itu sangat penting. Kita bisa saling belajar,” ungkapnya dengan tulus.
Banyak yang mungkin mengira bahwa ukuran fisik yang kecil bisa menjadi penghalang. Namun, Faathir menunjukkan sebaliknya. “Ukuran bukanlah segalanya,” katanya dengan penuh semangat. Dia adalah santri yang paling aktif di kelas maupun di lapangan. Energinya yang melimpah dan ketekunan dalam berlatih membuatnya jadi sorotan di antara teman-teman lainnya.
Selama wawancara, Faathir bercerita tentang rasa nervous yang dia alami sebelum bertanding. Momen itu menjadi ujian bagi mental dan fisiknya. “Saya belajar bahwa tidak ada kemenangan tanpa usaha dan pengorbanan,” tuturnya. Kegigihannya untuk berjuang meskipun dalam keadaan sakit menunjukkan betapa besar keinginannya untuk meraih prestasi.
Dengan pengalaman bertanding yang berharga, Faathir menyadari pentingnya belajar dari setiap pertandingan, baik yang menang maupun yang kalah. “Setiap pengalaman adalah pelajaran berharga bagi saya,” tegasnya. Dia berkomitmen untuk terus meningkatkan diri dan tidak berhenti belajar.
Sebagai santri yang ambisius, Faathir memiliki mimpi besar untuk menginspirasi generasi muda lainnya. “Saya ingin menunjukkan bahwa dengan tekad dan kerja keras, kita bisa mencapai apa pun yang kita impikan,” ungkapnya. Dengan semangat yang membara, saya yakin bahwa M. Faathir Mahmud akan terus bersinar di masa depan.
Selain berprestasi di pencak silat, Faathir belum lama ini juga telah melaksanakan ujian tasmi hafalan 2 juz dalam sekali duduk dengan hasil yang memuaskan dan sangat lancar. Ini membuktikan, meski prestasinya bagus di lapangan, tak boleh mengurangi kewajibannya dalam menghafal di pesantren.
Dalam setiap langkah yang dia ambil, Faathir adalah contoh nyata dari semangat juang yang tak kenal henti. Medali Emas yang diraihnya adalah bukti bahwa dengan usaha dan keberanian, segala rintangan dapat dilalui. Kita semua patut menantikan apa yang akan dicapai oleh Faathir di masa mendatang!

Adikkk ku itu adikkuu🫰ily ust eh mksdnyaa
BalasHapusTingkatkan terus prestasimu,dan semangat Bang Faathir tuk meraih cita²mu
BalasHapus